Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Iman dan Persembahan ( part 2) Prinsip-prinsip dalam Pemberian

Sebelumnya kita pernah belajar hubungan iman dan persembahan, bahwa persembahan adalah salah satu bentuk perbuatan iman yaitu jika kita bersedia memberi yang lebih baik, memberi dengan rendah hati, dengan ketaatan, kerelaan dan pengharapan.


Berikut ini kita akan belajar tentang prinsip-prinsip dasar pemberian.

Mat 6:19-24: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Kita akan melihat lima prinsip dasar pemberian Alkitabiah. Pertama, memberi adalah ukuran kecintaan orang percaya kepada Tuhan. Kedua, memberi adalah ekspresi iman. Ketiga, Memberi lebih menerima lebih. Keempat, memberi harus dilakukan secara rahasia. Kelima, memberi menghasilkan kemauan untuk bekerja.

1. Memberi adalah ukuran kecintaan orang percaya kepada Tuhan.

Pembacaan ayat diatas mengajarkan setiap orang percaya agar mengumpulkan harta di sorga. Karena dimana harta kita berada disitu juga hati kita berada. Orang yang mencintai Tuhan ia pasti akan menuruti perintah-Nya (Yoh 14:21).

Semakin besar seseorang mencintai Tuhan, maka akan semakin besar ia mengumpulkan harta di surga.

Orang seperti ini semakin tidak bisa tamak dan bergantung pada harta duniawi. Luk 12:13-21 bd Luk 12:33-34.

Rasul Paulus juga mengingatkan orang percaya yang sudah kaya agar tidak menjadi sombong, dan menaruh pengharapan pada kekayaan, tetapi hanya kepada Allah. Juga orang kaya harus siap memberi dari kekayaannya untuk mendukung pekerjaan Tuhan (1Tim 6:17-19).

Rasul Yohanes juga mengingatkan seseorang yang tidak mau memberi dan berbagi dapat dipertanyakan apakah kasih Allah ada didalam diri orang itu 1Yoh 3:17-18.

1 Yohanes 3:17 (BIMK)  Kalau seorang yang berkecukupan melihat saudaranya berkekurangan, tetapi tidak mau menolong saudaranya itu, bagaimana orang itu dapat mengatakan bahwa ia mengasihi Allah?

2. Memberi adalah ekspresi iman

Rasul Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman yang benar harus ditunjukkan lewat perbuatan, dan salah satu cara untuk menunjukkan iman adalah memberi. Yak 2:14-17. poin inilah yang kita ulas diatas tadi.

Memberi sebagai ekspresi iman yaitu jika kita bersedia memberi yang lebih baik, memberi dengan rendah hati, dengan ketaatan, kerelaan dan pengharapan.

3. Memberi lebih, menerima lebih.

Inilah janji Tuhan yang dapat kita andalkan bahwa apa yang kita berikan untuk pelayanan tidak akan hilang, bahkan kalaupun itu hanya secangkir air sejuk Mat 10:40-42.

Selanjutnya Tuhan Yesus berkata demikian dalam injil Luk 6:38
Berilah dan kamu akan diberi. Jika kita memiliki roh yang suka mengampuni dan memberi maka kita juga akan menerima hal yang sama dari Tuhan.

Jika kita memberi dengan cara yang benar kepada orang lain di saat mereka membutuhkan, Allah akan menggerakkan hati orang lain untuk memberi kepada kita di saat kita memerlukan, dan memberi dengan berlimpah, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang. Mereka yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Allah akan memberikan imbalan dengan berkelimpahan. Flp 4:18-19.

4. Memberi harus dilakukan secara rahasia
(Mat 6:1-4)

Tuhan mendesak kita bukan hanya agar pemberian kita tidak diketahui orang lain atau tidak dipamerkan (Mat. 6:1), melainkan juga agar kita tidak terus menerus membicarakan itu. 

Kita harus melupakan persembahan maupun pemberian kita; kita tidak boleh membanggakan diri karena pemberian-pemberian kasih yang kita lakukan; kita tidak boleh menceritakan perbuatan murah hati yang kita lakukan.

Pesan dari Mat 6:3 pada dasarnya sama dengan nasihat dalam ayat 2: Jangan memamerkan kedermawananmu; jangan menarik perhatian orang lain dengan itu; jangan jatuh dalam perangkap dosa untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

Gagasan serupa itu ditemukan dalam perkataan Yesus yang dicatat di Mat 25:37-39, di mana Yesus memberitahu kita bahwa orang benar pada Hari Penghakiman akan benar-benar tidak sadar tentang perbuatan-perbuatan baik yang telah mereka lakukan sementara mereka hidup di bumi. 

Mereka akan menjawab sang Hakim, "Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?" Sungguh-sungguh mereka tidak sadar akan perbuatan-perbuatan baik mereka.

Rasul Yakobus juga memperingatkan terhadap dosa kesombongan (4:6), dia mengingatkan para pembacanya bahwa "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" (Ams. 3:34).

5. Memberi menghasilkan kemauan untuk bekerja

Orang percaya harus bekerja sungguh-sungguh agar dapat memberi lebih banyak. Kis 20:34-35 mengajarkan bahwa Rasul Paulus bekerja agar bisa memberi dan membantu orang yang lemah, Bnd Ef 4:28.