Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengucap syukur atas berkat Tuhan

 Hidup Kristen tidak bisa dipisahkan dari syukur, sebab kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh korban Yesus di salib.

Selain berkat keselamatan Tuhan juga masih melimpahkan kita dengan segala berkat yang indah untuk melengkapi hidup kita selama ada di dunia ini (Ul 30:9-10; Yak 1:17).

Memang hidup tidak selamanya mudah dan menyenangkan terkadang pergumulan hidup harus datang.

Namun demikian bukan berarti kita boleh tidak mengucap syukur atas segala hal yang sedang terjadi.

Terlebih ketika kita diberkati, sebesar atau sekecil apapun itu menurut kita, sudah selayaknya untuk kita bersyukur kepada Tuhan.

Mengucap syukur

Mengapa kita harus mengucap syukur atas berkat Tuhan?

1 . Syukur adalah salah satu cara kita menunjukkan kesetiaan kepada Allah.

Ada orang yang hanya mencari Tuhan disaat keadaannya buruk, namun setelah keadaannya baik ia lupa bersyukur.

Hal ini seperti yang dikisahkan dalam Injil tentang sepuluh orang kusta.

Kisah itu terjadi ketika Yesus dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. 

Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta memohon kepada Yesus untuk disembuhkan.

Lalu Yesus merespon mereka dengan menyuruh memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam.

Salah satu tugas imam pada waktu itu adalah memastikan apakah orang yang kena kusta itu sudah Tahir (sembuh) ataukah belum.

Ditengah perjalanan mereka semua mengalami mujizat Tuhan akhirnya sembuh.

Salah satu diantara mereka ketika tahu bahwa dirinya telah sembuh kembali kepada Yesus sambil mempermuliakan Allah lalu tersungkur dihadapan Yesus sambil mengucap syukur kepada-Nya.

Sedangkan yang lainnya tidak ada yang kembali kepada Yesus padahal mereka juga sudah menjadi Tahir (Luk 17:11-19).

Itulah sebabnya Yesus bertanya, bukankah semua dari sepuluh orang yang kena kusta tadi sudah sembuh kemanakah perginya yang sembilan orang itu.

Dengan bersyukur berarti kita ingat dan sadar bahwasanya segala kebaikan yang kita alami datangnya dari pada Tuhan sendiri.

Syukur yang tulus mengungkapkan kesetiaan kita kepada Allah sehingga kita tidak lupa diri dan memberhalakan materi.

2 . Syukur adalah salah satu cara untuk menghindarkan diri dari tinggi hati dan kesombongan.

Manusia terkadang cepat lupa kepada Tuhan ketika ada dalam kesuksesan karena merasa bahwa dirinya kuat dan mampu sehingga dapat meraih sukses.

Baca juga: Mengucap syukur disaat sulit

Memang tidak mungkin keberhasilan datang tiba-tiba tanpa seseorang bekerja keras, tekun dan ulet.

Namun kesuksesan tanpa kesadaran akan keterlibatan Tuhan akan menjadi kehancuran.

Kesuksesan dan keberhasilan yang terpisah dari Tuhan pasti tidak bertahan itu adalah jerat kesombongan.

Menara Babel hancur ketika dibangun oleh orang-orang yang berusaha mencari nama dan memisahkan diri dari Allah (Kej 11:1-9).

Hizkia dan Uzia raja-raja Yehuda yang karena menjadi kuat lalu sombong, angkuh dan tidak tahu bersyukur akhirnya mereka berdua hancur (2Taw 32:24-25; 2Taw 26:16-23).

Itulah sebabnya Musa pemimpin bangsa Israel yang membawa mereka keluar dari Mesir mengingatkan bangsa itu demikian;

TB Ul 8:17-18: "Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."

Itulah sebabnya ketika kita diberkati jangan lupa bersyukur, hindarkan diri kita dari keangkuhan dan kesombongan.

3 . Syukur adalah sebuah cara untuk kita tetap bergantung dan terhubung dengan Tuhan.

Ada orang-orang yang yang menggantungkan hidupnya pada emas perak dan kekayaan.

Orang demikian biasanya menjadi pelit dan tidak tenang dalam hidupnya karena takut kehilangan kekayaan.

Tanpa disadari mereka telah mengingkari Allah yang adalah sumber berkat dan keberhasilan.

Sehingga manusia yang seharusnya berharap, bersandar penuh kepada Allah justru bergantung kepada kekayaan.

Menurut Ayub sikap demikian adalah suatu kejahatan yang patut dihukum oleh Allah (Ayb 31:24-28).

Dengan bersyukur kita mengakui bahwa kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada Tuhan. Kepada-Nyalah kita bergantung dan berharap (1Taw 29:12).

Sebab jikalau bukan Tuhan sia-sialah segala sesuatu yang kita lakukan, sia-sia jugalah semua yang dapat kita raih (Mzm 127:1-2).

Dan akhirnya marilah kita panjatkan syukur kehadirat Bapa disorga dan Tuhan kita Yesus Kristus.

Sebab didalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada sebagaimana kita ada dan segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Aplikasi:

  1. Apakah syukur kita sudah benar-benar merupakan ungkapan kesetiaan kita kepada Allah, dimana dengan penuh kesadaran kita mengakui bahwa segala kebaikan yang kita alami datangnya dari Allah sendiri sehingga kita kembali kepada Tuhan dengan ucapan syukur?
  2. Apakah syukur kita kepada Tuhan membuat kita sadar bahwa keberhasilan dan kesuksesan yang kita raih semata-mata hanya oleh karena anugerah Tuhan, sehingga tidak ada ruang sekecil apapun didalam hati kita untuk kita menjadi sombong?
  3. Apakah syukur kita kepada Allah benar-benar ungkapan kebergantungan kita kepada-Nya bahwa Dialah sumber segala sesuatu, didalam Dia kita hidup, kita bergerak dan kita ada itulah sebabnya puji syukur kita masih ada hari ini oleh karena anugerah-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita.