Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bagaimana Alkitab Berpikir

Bagaimana Alkitab Berpikir - judul ini mungkin sangat asing dan mungkin terkesan aneh.

Apa yang akan kita bicarakan disini adalah tentang bagaimana memahami Alkitab dalam sudut pandang dan pemikiran Yahudi atau Ibrani.

Budaya timur, Ibrani

Alkitab sering mengemukakan hal-hal yang sepertinya kontradiktif antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.

Seperti misalnya Firaun mengeraskan hatinya, namun dikatakan juga bahwa Allah mengeraskan hati Firaun. Kel 7:3; 13; 8:15.

Tuhan adalah maha tahu, namun Dia juga hadir pada waktu-waktu tertentu dengan cara yang unik.

Allah adalah kasih, Dia Allah yang baik namun dibagian lain Allah seakan membiarkan kejahatan dan penderitaan terjadi didalam dunia yang Dia ciptakan.

Alkitab penuh dengan paradoks. Yesus sendiri sering mengemukakan pengajaran dalam bentuk paradoks. "Jika seseorang hendak menjadi yang terdahulu, ia harus menjadi yang terakhir..." Mrk 9:35. Bd Yoh 12:25.

Ketika kita menemukan hal-hal yang bersifat paradoks sering kali kita tergoda untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan menolak satu sisi yang lainnya.

Sebagian aliran-aliran gereja berkeyakinan bahwa Allah telah menakdirkan apa yang akan dijalani manusia, sehingga menolak sama sekali bahwa manusia memiliki kehendak bebas.

Sebagian aliran-aliran gereja yang lain berpandangan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan menolak sama sekali predestinasi Allah.

Pola pemikiran demikian bukanlah pola berpikir budaya Timur dimana Alkitab pada waktu itu diilhamkan, yaitu kepada orang-orang Yahudi yang adalah orang-orang timur dan juga dalam budaya mereka.

Itulah sebabnya para rabi memberi jawab yang sederhana mengenai hal-hal yang tampaknya kontradiktif tadi. "Tuhan tahu lebih dahulu segalanya, namun manusia memiliki kehendak bebas." Firaun mengeraskan hatinya sendiri, namun Allah juga mengeraskan hatinya.

Para rabi memilih untuk merangkul kedua gagasan tersebut dengan ketegangannya satu sama lain dari pada berusaha mensistematisasikannya.

Mengenai hal itu ada sebuah perumpamaan yang begitu indah dari para rabi Yahudi.

"Adalah seorang raja yang memiliki pengrajin yang membuat piala sangat halus sangat mahal bagi sang raja. Raja berkata; jika saya menuangkan cairan yang sangat panas kedalam piala itu maka piala itu akan pecah. Dan jika saya menuangkan cairan es yang begitu dingin piala itu akan retak. Jadi apa yang dilakukan raja? Dia mencampur panas dan dingin kemudian menuangkannya kedalam piala itu dan piala itu tidak pecah. Demikianlah Yang Maha Kudus, Dia berkata; jika Aku menciptakan dunia hanya berdasarkan sifat belas kasih, maka dunia akan dipenuhi dengan dosa, tetapi jika Aku menciptakan berdasarkan sifat keadilan saja bagaimana dunia bisa bertahan? Oleh sebab itu Aku akan menciptakannya dengan atribut belas kasih dan keadilan, kiranya itu akan membuatnya bertahan lama. (Diadaptasi dari Genesis Rabbah 12:15).

Demikianlah pemikiran orang Yahudi dalam memahami ketegangan-ketegangan dalam Alkitab tanpa memaksa untuk menjelaskan cara-cara Tuhan yang misterius.

Seandainya Allah boleh digambarkan wujudNya seperti manusia, maka Ia membutuhkan kedua tanganNya dalam menciptakan dan memerintah dunia ini. 

Pasti Tuhan tidak hanya bekerja dengan menggunakan tangan kanan saja tapi juga tangan kiri. Dengan demikian terbentuklah keseimbangan.

Demikianlah sedikit uraian mengenai bagaimana Alkitab Berpikir, dimana Alkitab lahir dalam budaya timur atau Ibrani.

Mendekati Alkitab dengan mempertimbangkan latar belakang budaya Alkitab akan membawa kita kepada harta rohani yang luar biasa yang mungkin belum pernah kita nikmati sebelumnya.

Referensi:
* engediresourcecenter.com
* ourrabbijesus.com