Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kobarkan Api Pantekosta

Kobarkan Api Pantekosta, merupakan Tema gereja Pantekosta di Indonesia. Hari ini kita merayakan 100 tahun masuknya GPdI di Indonesia. Bukan waktu yang singkat tentu, jikalau gereja Pantekosta bisa berdiri kokoh dan jaya hingga saat ini semua tidak lepas dari karya Roh Kudus yang luar biasa.

1 Abad GPdi

Apa yang dimaksud dengan api Pantekosta disini? Istilah ini tentu tidak lepas dari pengalaman mula-mula yang dialami oleh 120 murid pada hari Pentakosta yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-8, yaitu bagaimana Roh Kudus dicurahkan dan tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing yang sedang berkumpul dan berdoa di loteng Yerusalem.

Itulah manifestasi dari Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta, dari situlah inspirasi tema pokok gereja kita "kobarkan Api Pantekosta". Maksudnya adalah hidup yang dibakar oleh semangat Roh Kudus dan hidup yang dipenuhi dengan Roh Kudus.

Pengalaman Pantekosta ini terjadi kembali kira-kira ditahun 1901, ketika salah seorang murid sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas yang bernama Agnes Ozman menerima karunia berbahasa Roh.

Gerakan ini terus meluas sampai pada sekitar tahun 1921 datanglah dua orang misionaris yang diutus dari gereja Bethel Temple, Seattle Amerika Serikat yaitu Cornelius Groesbeek dan Richard Van Klaveren. 

Mereka keduanya membawa serta keluarganya berangkat menuju ke Indonesia sebelumnya mereka telah mendapat penglihatan untuk melayani di pulau Jawa.

Mereka tiba di pelabuhan Batavia pada Maret 1921 dan terus menuju Bali. Namun pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk penginjilan sehingga mereka tidak bisa lama di pulau Dewata Bali. 

Keduanya selanjutnya menuju ke pulau Jawa dan dari sini gerakan Pantekosta terus berkembang hingga saat ini menjangkau pulau-pulau di Indonesia bahkan sampai ke pelosok-pelosok pedalaman dilawat api Pantekosta. Sekarang sudah ada kira-kira 21.000 jemaat lokal GPdI di Indonesia.

Beberapa ciri gerakan Pantekosta yang mengilhami para pionir kita yaitu;

1 . Kehidupan Rohani yang bergairah penuh Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh dalam kehidupan sehari-hari.

Para pionir gereja kita yakin bahwa karunia-karunia Roh Kudus itu masih berlaku ditengah gereja-Nya. Juga pelayanan mereka adalah pelayanan yang dipenuhi Karunia-karunia Roh.

Bapa gereja mula-mula yang hidup sekitar tahun (130-202) yaitu Ireneus pernah berkata:

"Ketika Allah menganggap perlu, dan ketika gereja banyak berdoa dan berpuasa mereka melakukan banyak perbuatan yang ajaib, bahkan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal." 

Peran Roh Kudus dan Karunia-karunia Roh itu tidak berakhir sampai di zamannya para Rasul tetapi Roh Kudus tetap aktif dan terus berkarya ditengah-tengah gereja-Nya hingga saat ini.

Gairah dan kerinduan akan Roh Kudus ini harus kembali dihidupkan lagi dalam diri kita masing-masing sebagai bagian dari gereja Pantekosta yang berakar pada peran dan Karunia-karunia Roh Kudus. Lukas 11:13.

2 . Dorongan untuk hidup dalam pertobatan dan kekudusan sebagai dampak dari pekerjaan Roh Kudus.

Api Pantekosta mula-mula telah melawat banyak jiwa kepada pertobatan yang luar biasa. Dampak dari khotbah Rasul Petrus yang penuh dengan Roh telah menyebabkan ribuan orang bertobat dan di baptis.

Mereka bukan hanya bertobat dan dibaptis setelah itu kembali lagi kepada kehidupan yang lama, tidak! Ketika mereka bertobat dan dibaptis mereka tidak berbalik lagi kebelakang tetapi mereka melangkah maju dalam hidup yang baru. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Kisah Para Rasul 2:41-42.

Itulah salah satu ciri dari gerakan Pantekosta diseluruh dunia yaitu dorongan untuk bertobat dan hidup suci.

Gereja harus hidup dalam pertobatan dan kekudusan ini adalah berita Pantekosta sejak mula-mula. Kisah Para Rasul 2:38-40.

Semangat pertobatan dan semangat mengejar kekudusan ini yang harus terus mengilhami kehidupan sehari-hari orang Pantekosta.

Sebab gereja harus menjadi gereja yang sempurna, yaitu gereja yang Kudus dan dewasa dalam iman dan karakter Kristus.

Sebab hanya gereja yang sempurna yang akan menjadi mempelai Kristus.

Hanya gereja yang Kudus yang akan mengalami pengangkatan pada hari kedatangan Yesus Kristus kali yang kedua.

Itulah sebabnya gereja harus dipenuhi dengan Roh Kudus dan hidup oleh Roh. Sebab hanya orang yang dipimpin oleh Roh Allah yang adalah anak-anak Allah. Roma 8:13-23.

Ketika gereja telah mengalami pemulihan maka Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan. Kisah Para Rasul 3:21. 

3 . Lawatan api Pantekosta telah merobohkan sekat-sekat yang menjadi penghalang terjadinya kesatuan dalam tubuh Kristus.

Sejak terjadinya Lawatan Roh Kudus pada hari Pentakosta telah menjadi jalan terjalinnya hubungan antar golongan yang sebelumnya terpisah.

Lawatan Allah bukan hanya untuk orang-orang Yahudi yang diam di Yerusalem. Orang Yahudi biasa merasa bahwa hanya mereka yang berhak atas janji Allah. Itulah sebabnya mengapa didalam Kisah Para Rasul 11:1-18 ada perikop mengenai "Petrus mempertanggungjawabkan baptisan Kornelius di Yerusalem". Itu terjadi karena Kornelius tidak termasuk orang Yahudi.

Allah menggunakan penganiayaan untuk mendorong orang percaya di Yerusalem pada waktu itu untuk keluar membawa api Pentakosta kepada bangsa-bangsa lain diluar Yahudi. Kisah Para Rasul 8:1 bd 1:8. Lihat juga Efesus 2:12,17-20.

Gerakan Pantekosta modern yang dimulai tahun 1901 di Azusa Street juga ditandai dengan kebaktian-kebaktian antar ras, orang-orang kulit putih danorang kulit hitam bergabung bersama dalam gejolak pantekosta.

Itulah sebabnya lewat gerakan pantekosta tersebut tidak ada lagi perbedaan-perbedaan yang didasarkan golongan atau suku bangsa. Kolose 3:11, Gal 3:27-28. 

Gereja yang menekankan kesatuan ras dan kesukuan bukanlah ciri dari gereja yang diilhami semangat pantekosta. 

Tetapi sekarang oleh karena kita sudah ada didalam Kristus. Biarlah kiranya api Pantekosta itu terus menyala, membara dan membakar semangat kita untuk menggenapi panggilan Tuhan.

Haleluya!