Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memikul Kuk Yang Yesus Pasang

Kuk adalah alat yang dipakai untuk memasangkan dua ekor lembu agar bisa menarik bajak, caranya adalah dengan menaruh kuk diatas leher kedua lembu itu dan alat bajak akan dipasangkan ditengah kuk itu dan biasanya lembu yang masih muda atau belum tau membajak akan dipasangkan dengan yang sudah mahir menarik bajak sehingga lembu muda tadi akan belajar menarik bajak dengan lembu yang sudah mahir tadi.

Ketika Tuhan Yesus menaruh kuk diatas pundak kita maka Dia mau kita memikul kuk itu berpasangan dengan Dia, sehingga kita spt lembu muda yang masih bodoh belajar kepada Tuhan Yesus bagaimana cara menjalankan kehidupan yang benar. Sehingga kita akan menjadi pribadi lemah lembut dan rendah hati sama seperti Dia. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata; "berbahagialah orang yang lemah lembut...(Mat 5:5)."

Lemah lembut bukanlah hati yang lemah atau cepat putus asa, lemah lembut adalah hati yang tidak keras, hati yang rela diajar dan dibentuk. Lemah lembut bagian dari kerendahan hati (Mzm 37:11). Hanya orang yang rendah hati dan lemah lembut yang akan bersedia memikul kuk yang Yesus pasang (Mat 11:29). 

Untuk dapat berjalan seirama dengan Tuhan Yesus dalam satu 'kuk' maka;

1. Seseorang harus bersedia menguasai diri.

 Untuk dapat menguasai diri, kita harus mau menahan keinginan-keinginan kita sendiri, kita harus menundukkan seluruh kehendak dan keinginan kita kepada kehendak dan keinginan-Nya dan fokus kepada tujuan yang ditetapkan oleh Yesus. Untuk itu kita harus mendisiplinkan diri kita untuk selalu berjalan bersama seiring dengan Yesus Kristus dalam satu kuk sampai akhirnya kita dapat memahami dan memiliki pikiran dan perasaan Kristus itulah kepekaan rohani. Jika kita mampu menguasai diri maka kita bisa selalu berjalan dengan Dia seperti seekor lembu muda yang akhirnya pandai menarik bajak karena dilatih secara teratur dan terus-menerus.

2. Bersedia menahan rasa sakit.

Seperti lembu muda yang belum pernah memikul kuk, pada saat baru awal mula pasti akan merasakan sakit dan ketidak nyamanan karena ada beban diatas lehernya. Demikian juga ketika kita mau berjalan seiring dengan Yesus kita harus mau dan bersedia menahan rasa sakit. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata; 

Lukas 14:27 (TB) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Baca juga:Masih adakah orang yang setia

Memikul salib gambaran dari menyangkal daging itu juga berarti menahan rasa sakit dengan sabar, ketika dalam penderitaan, kesukaran, dan dalam berjerih payah. Seseorang yang tidak mau menahan sakit tidak akan bisa menjadi murid Kristus. 

Kita tidak bisa meminta agar Tuhan menghindarkan kita dari hal ini. Rasa sakit dan penderitaan tidak mungkin Tuhan singkirkan dari perjalanan iman orang percaya, sebab itu merupakan bagian dari pendidikan rohani jikalau hal itu dihindarkan oleh Tuhan maka proses pemuridan akan gagal.

3. Terus berjalan, berjalan dan berjalan jangan menoleh ke belakang.

Untuk hidup berjalan dalam satu kuk dengan Yesus Kristus tidak mudah dan sederhana tantangan akan datang, kesulitan akan ada dan godaan untuk berhenti berjalan pasti akan datang. Apa kita akan terus berjalan dan "membajak" atau kita mulai lemah dan putus asa.

 "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Demikian kata Yesus dalam Lukas 9:62.

Kita harus siap melepaskan kepentingan pribadi kita diatas kepentingan Allah. Ingatlah akan isteri Lot, ia menjadi tiang garam karena pandangannya tidak fokus pada Tuhan. Isteri Lot ini menjadi tonggak peringatan bagi kita yang hidup dizaman akhir.

Keindahan dunia ini seringkali membuat seseorang gagal fokus, hatinya tidak bisa sepenuhnya untuk Tuhan mereka suka mendua hati bagaimana mungkin akan bisa membajak bagi kerajaan Allah.

Aplikasi

1.Kebanyakan orang belum siap untuk melepaskan kehendak pribadinya dan menyerah pada kehendak Tuhan, seperti Yesus pada waktu bergumul di taman Getsemani Dia berani berkata biarlah kehendak Mu yang jadi bukan kehendak Ku. (Mat 26:39-42; Mrk 14:36; Luk 22:42).

Adakah situasi maupun keadaan yang sedang kita hadapi saat ini dimana kita dihadapkan pada pilihan, apakah kita bertahan pada kehendak pribadi kita atau menyerahkan sepenuhnya biar kehendak Tuhan yang jadi?

2.Manusia juga pada dasarnya tidak bersedia menahan rasa sakit, akibatnya banyak orang yang kecewa dan marah ketika merasa disakiti dan dikecewakan. Sikap seperti itu sebenarnya secara tidak langsung menuntut orang lain harus berlaku sempurna dihadapannya tak terkecuali juga dengan keadaan yang ada disekitarnya.

Apakah kita berpikir bahwa orang-orang harus berlaku sempurna di hadapan kita, tahukah kita bahwa kita tidak bisa mengontrol kehendak orang lain juga keadaan yang harus terjadi atas diri kita, tetapi kita bisa mengontrol sikap dan hati kita pribadi atas situasi dan keadaan yang terjadi.

3.Kenyamanan dunia ini seringkali membuat kita kehilangan fokus pada kerajaan Allah dan kebenarannya, sehingga kita tidak dapat menjadi murid Kristus yang tangguh sebab masing-masing sibuk dengan kepentingannya, sehingga tidak mungkin bisa berjalan satu kuk dengan Yesus.

Adakah keadaan yang sedang membuat kita tidak bisa fokus lagi dengan perkara-perkara yang ada diatas, ingat dan sadarlah bahwa dunia ini bukanlah rumah kita, semua akan kita tinggalkan. Kalau demikian apakah kita sudah sungguh-sungguh memperjuangkan perkara-perkara rohani? 

Roh Kudus menolong kita.