Tuhan Penolongku Mazmur 43
Mazmur 43:1-5 (TB)
1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Mazmur 43 ini adalah kelanjutan dari Mazmur 42 yang merupakan Mazmur Bani Korah.
Atau mungkin Dua mazmur ini sebenarnya berupa ratapan oleh seorang (dari kalangan kaum Lewi?) atau seluruh umat yang diusir dan dibuang dari tanah airnya dan karenanya jauh dari kehadiran Allah dalam baitNya. Pemazmur (umat) tinggal di pembuangan dan mengucapkan kerinduannya kepada bait Allah. Ia mohon supaya diperbolehkan pulang untuk turut serta dalam ibadat di bait Allah. (JB).
Mazmur 43 ini dapat dibagi dalam tiga bagian;
Ayat 1-2: Pemazmur mengadukan perkaranya kepada Allah.
Ayat 3-4: Kerinduan Pemazmur untuk menghadap Allah
Ayat 5: Pemazmur berusaha menenangkan gejolak jiwanya.
1. Ditengah pergumulan yang dihadapinya Pemazmur membawa perkaranya kepada Allah yang dipandangnya sebagai hakim yang adil (Maz 43:1).
Dia percaya Allah akan memberi keadilan dan memperjuangkan perkaranya, walaupun Allah seakan-akan diam ditengah-tengah pergumulannya dan tampak seperti melupakannya (Mzm 43:2, bd Mzm 42:4, 10-11).
Kita dapat melihat disini, bagaimana Pemazmur bergumul antara ketidak adilan yang dirasakannya dan tindakan Allah yang seakan tidak peduli.
2. Keadaan ini tidak membuat Pemazmur menyerah, tetapi justru mendorong dia memiliki kerinduan yang sangat besar untuk dapat bertemu dengan Allah ditempat kediaman-Nya yaitu di gunung-Nya yang Kudus (Mzm 43:3-4 bd Mzm 42:5; 42:2-3).
Disini kita dapat melihat bagaimana Pemazmur termotivasi untuk mendekat sedekat mungkin kepada Allah yang menjadi sukacita dan kegembiraannya walaupun pergumulannya belum selesai.
3. Walaupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh Pemazmur begitu berat, tetapi dia tidak menyerah dan tunduk dengan perasaan-perasaan itu (Mzm 43:5).
Dia berusaha menenangkan gejolak jiwanya dengan berkata kepada dirinya sendiri; "Berharaplah kepada Allah, hai jiwaku..." Sebab hanya Allah yang sanggup menolongku.
Aplikasi:
1. Pergumulan kita mungkin berat dan tak kunjung selesai, tetapi biarlah hal itu justru memotivasi kita untuk lebih mendekat sedekat mungkin kepada Allah.
2. Pertolongan Tuhan mungkin tampak jauh dan belum terlihat, tetapi teruslah berharap kepada Allah. Katakan Berharaplah kepada Allah hai jiwaku.