Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puasa Orang Percaya

Puasa Orang Percaya - Apa itu puasa? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, puasa: menghindari makan, minum, dsb dng sengaja (terutama bertalian dng keagamaan);

Jadi puasa adalah suatu tindakan tidak makan dan minum yang dilakukan dengan sengaja bertalian dengan keyakinan agama tertentu.

Puasa Kristen

Meskipun puasa adalah tindakan tidak makan dan tidak minum tetapi puasa orang percaya bukanlah sebuah aksi mogok makan untuk memaksa Tuhan.

Puasa dalam kekristenan bukanlah sebuah kewajiban dan didalam Alkitab tidak ada petunjuk atau ketentuan-ketentuan yang menjelaskan tentang bagaimana cara berpuasa, dari jam berapa sampai jam berapa misal. Hal-hal demikian sepertinya tidak diatur didalam Alkitab.

Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya pernah menyinggung masalah puasa dan disana Ia lebih menekankan tentang motifasi atau sikap hati mengapa seseorang berpuasa bukan tentang cara atau syarat dalam berpuasa agar puasanya sah. Mat 6:16-18.

Menurut Tuhan Yesus bahkan puasa yang didasari dengan motifasi yang kurang tepat saja seperti yang Ia katakan puasa dengan maksud supaya dilihat oleh orang, masih mendapat upah. 

Kalau demikian kapan orang Percaya harus berpuasa?

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes pembaptis menanyakan kepada Tuhan Yesus perihal puasa Ia menjelaskan dan memberi makna yang baru pada puasa itu. Mat 9:14-17.

1. Baju tua tidak dapat ditambal dengan kain yang baru, karena kain yang baru itu justru akan mencabik baju tua tadi.

2. Anggur baru tidak dapat diisikan dalam kantong kulit yang tua, karena kantong kulit itu akan terkoyak.

3. Anggur baru harus diisi kedalam kantong kulit yang baru juga.

Jadi orang percaya harus menyediakan hati yang baru dengan pengertian yang baru mengenai puasa yang Yesus ajarkan. 

Bagi Yesus puasa yang sesungguhnya adalah ketika seseorang merasakan adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya.

Dan kebutuhan yang seharusnya dirasakan oleh orang percaya itu adalah Kebutuhan akan lawatan Allah. Pada waktu itulah orang percaya berpuasa.

Sebab dikatakan bahwa;
1. Sahabat mempelai laki-laki tidak mungkin berduka ketika mempelai itu bersama-sama mereka (Mat 9:15)

2. Ketika mempelai itu diambil dari mereka barulah pada waktu itu mereka akan berpuasa.

Itulah saat dimana sahabat mempelai itu membutuhkan kehadiran dan lawatan Tuhan atau sang mempelai yang telah diambil dari mereka.

Puasa sejatinya bukan dijadikan sebagai bentuk prestasi agamawi, agar terlihat lebih saleh dibandingkan orang lain. 

Puasa mestinya ungkapan ketidak berdayaan kita dan kita membutuhkan lawatan Allah secara khusus dalam hidup kita.

Seperti halnya:
1. Ester dan seluruh orang Yahudi berpuasa selama tiga hari tiga malam ketika orang-orang Yahudi menghadapi ancaman akan dimusnahkan (Est 3:6) Bd (Est 4:15-16). Akhirnya mereka mengalami pertolongan Allah sehingga bangsa Yahudi tidak jadi dibinasakan.

2. Niniwe ketika mendengar bahwa Allah akan membinasakan kota itu maka penduduk Niniwe mulai dari raja sampai masyarakat dan ternak mereka berpuasa maka Allah mengasihani mereka dan menyelamatkan mereka. Yun 3:1-10. 

Jadi kita melihat disini bahwa puasa adalah sebuah respon atau tindakan karena adanya kebutuhan akan lawatan Allah secara khusus atas hidup pribadi bahkan bangsa.

Kita semua punya pergumulan yang berbeda-beda justru hal itu harusnya menjadi pendorong kita untuk memiliki kebutuhan akan lawatan Tuhan yang membawa kita untuk berpuasa.