Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjaga Perkataan


Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Mat 12:36.

Apa yang dimaksud kata sia-sia itu?
Sia-sia disini adalah; kata yang tidak berguna, kata kosong tidak ada isi, kata-kata yang ceroboh.

Perkataan, lidah, kuasa perkataan

Jadi perkataan yang tidak berguna, yang kosong dan ceroboh akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman nanti.

Itulah sebabnya setiap orang percaya harus menjaga perkataannya:

1. Ams 12:14 Perkataan kita bisa membuahkan sesuatu. 

Dapat dikatakan bahwa perkataan itu seperti benih yang ditanam, melalui suatu proses benih akan bertumbuh dan berbuah.

Pertanyaannya, benih apa yang kita tabur atau tanam dari perkataan kita?

2. Ams 18:21 Perkataan itu mengandung kuasa atau kekuatan.

Kuasa untuk mendatangkan kehidupan atau sebaliknya kuasa untuk mendatangkan kematian.

Perkataan memiliki kekuatan untuk membangun juga kekuatan untuk merusak.

3. Yak 3:1-6; Lidah itu kecil, tetapi besar

Lidah seperti kekang, kemudi kapal, api.
Kekang dan kemudi kapal tampak kecil tapi dapat mengendalikan kekuatan kuda yang besar dan kapal yang begitu besar.

Begitu juga api kecil yang dengan mudah dapat padam dengan satu tiupan tapi dengan api kecil yang sama ia dapat membakar hutan yang luas.

Itu berarti kita tidak boleh menganggap enteng kata-kata kita, sehingga kita dapat berkata suka-suka dan mau-maunya tanpa menjaga.  

Hal-hal yang harus di jaga dalam Perkataan?
1. Ef 5:4; perkataan kotor, kosong, dan sembrono.

Kotor: cabul 
Kosong: bodoh, membosankan karena tidak berisi.
Sembrono: gurauan yang tidak nyaman, kasar dan tidak keluar dari karakter Kristus.

2.Ams 15:1;23; 26 
Perkataan lembut tidak pedis atau menyakitkan dan kasar.

Perkataan yang tepat pada waktunya, sesuai dengan yang dibutuhkan.

Ramah: kata-katanya enak didengar, sopan dan menyenangkan

3. 1Tes 2:3 motif dari perkataan harus murni, tidak sekedar manis dimulut tapi beda dihati atau niatnya.

4. Mrk 1:22 perkataan Yesus penuh dengan kuasa.

Perkataan yang berkuasa dibangun dalam suatu proses dimana seseorang bersedia  menguduskan perkataannya dan juga hidupnya.

Yesus Kristus menjadi contoh dari kehidupan yang demikian. Dia hidup dalam kekudusan dan ketika dicobai iblis, Yesus menunjukkan tidak sedikitpun Ia tergoda.

Oleh sebab itu kuduskanlah perkataan kita dan hidup kita bagi Tuhan sehingga apa yang keluar dari bibir lidah kita adalah perkataan yang mendatangkan hidup dan menyegarkan.