Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hukum Taurat dan Anugerah

Hukum Taurat dan Anugerah –Ketika berbicara mengenai hukum taurat dan Anugerah maka pertanyaan yang sering timbul adalah apakah Anugerah Meniadakan Hukum Taurat?
Taurat dan Anugerah
Seringkali kita berpikir bahwa hidup kristen ada dibawah anugerah atau kasih karunia sehingga kita adalah orang yang bebas dan lepas dari hukum.

Benar bahwa orang percaya tidak berada dibawah hukum taurat tetapi dibawah kasih karunia. (Roma 6:14). Akan tetapi apabila kebenaran ini disalah pahami akan membuat seseorang berpikir dapat hidup tanpa hukum Allah dan tidak takut berbuat dosa.

Pertama-tama kita perlu memahami pengertian hukum taurat secara proporsional dan memahami pengertiannya disetiap konteks, sebab dibagian yang lain Rasul Paulus juga menyebutkan bahwa hukum Taurat itu Kudus, benar dan baik. Roma 7:12; 7:7, 13, 14, 16; Galatia 3:21.

Baiklah kita mulai dengan pengertian Taurat. Kata Ibrani taurat atau (תורה- torah) adalah kata umum yang berarti "instruksi" atau "ajaran", hal ini harus dibedakan dengan taurat sebagai ide yang lebih spesifik sebagai suatu "perjanjian" yaitu kesepakatan khusus yang dibuat Allah dengan umat Israel.

Hukum taurat sebagai ide perjanjian diberikan di Gunung Sinai dan menjadi ikatan perjanjian antara Allah dengan umat Israel. Keluaran 24:1-11

Itulah taurat Musa yang merujuk kepada lima kitab pertama dalam Alkitab kita. Terdiri dari sepuluh hukum moral yang ditulis pada dua loh batu, berbagai hukum upacara dan hukum sipil yang berfungsi sebagai ekspresi perjanjian hukum taurat.

Sebagaimana yang kita telah lihat diatas bahwa taurat secara umum adalah instruksi, sebagai instruksi tentu punya arah tujuan. lalu kemana arah dan tujuan akhir dari instruksi tersebut? Bukankah tujuan taurat atau instruksi tersebut adalah untuk manusia diperdamaikan dengan Allah dan berada dalam hubungan yang penuh kasih dengan Allah.

Tapi bagaimana hal itu dapat terjadi, apakah dengan melakukan perjanjian taurat di Sinai ataukah ada jalan lain yang disediakan untuk mencapai tujuan itu?

Mengingat akan perbedaan ini maka kita perlu membuat pengertian yang jelas mengenai taurat tersebut. Apakah Taurat yang dimaksud adalah perjanjian Sinai anatara Allah dengan umat-Nya Israel ataukah Taurat dari perjanjian yang baru yang ditulis Allah didalam loh hati kita (Yeremia 31:31-33). 

Hal ini tentu berbeda dengan taurat dari Perjanjian Lama yang ditulis pada dua loh batu (2 Korintus 3:14). Taurat dari Perjanjian Lama terdiri dari 613 perintah (mitzvot) yang diberikan dalam taurat Musa, dan ratusan lainnya ditemukan pada tulisan-tulisan (ketuvim), dan nabi-nabi (nevi'im).

Maksud dari hukum taurat diberikan adalah untuk memperlihatkan pelanggaran manusia, bukan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan. Galatia 3:19-21.

Melalui surat Galatia kita memahami bahwa, sunat fisik (sebagai pekerjaan "Prototipikal" menjadi seorang Yahudi) bukanlah sarana keselamatan dan setiap upaya "pembenaran" berdasarkan prestasi pribadi adalah langkah menjauh dari apa yang datang dari janji ahli waris abadi.

Pembenaran oleh kasih karunia pada dasarnya merupakan konsep fundamental Yahudi yang banyak diajarkan dan diilustrasikan dalam Taurat. 

Semua tindakan Wahyu dari Tuhan baik Wahyu yang diberikan di Sinai dan salib di Moria adalah bentuk manifestasi dari kasih Ilahi. Keselamatan adalah dari orang Yahudi. Yohanes 4:22.


Wahyu dan kasih karunia Allah yang dinyatakan di Sinai adalah sama seperti di Sion. Yang berubah adalah perjanjian dan tanggapan kita terhadap perjanjian baru itu dalam terang nasihat penuh dari Kitab Suci. 

Pembacaan yang jujur ​​dari Kitab Galatia menunjukkan bahwa Paulus tidak hanya menolak legalisme, tetapi segala bentuk usaha keselamatan berdasarkan perbuatan.

Israel seharusnya mengetahui hal ini, karena Taurat (dan para nabi) menubuatkan bahwa era baru "hati yang disunat" akan datang. 

Oleh karena itu Paulus mengemukakan gagasan bahwa keselamatan oleh kasih karunia Allah sangat selaras dengan ajaran Taurat.

Jadi apakah kasih karunia Meniadakan Hukum Taurat? 

Hal yang perlu dipahami adalah bahwa kode hukum yang diberikan kepada Israel kuno tidaklah pernah dimaksudkan untuk menjadi seperangkat hukum yang tidak berubah yang akan menentukan hubungan seseorang dengan Tuhan. 

Jadi dalam terang Perjanjian Allah yang berbeda maka taurat itu telah berubah.

Misal jauh sebelum Musa, bapa-bapa leluhur kita mulai dari Adam hingga Abraham semuanya menjalankan taurat dalam artian bahwa mereka melakukan hubungan dengan Allah melalui perjanjian.

Kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan cara yang benar-benar baru untuk manusia dapat berhubungan dengan Allah. Darah Kristus yang dicurahkan diatas kayu salib adalah meterai dari Perjanjian Baru;

"Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" 1 Korintus 11:25 (TB) 

Sekarang apa yang Yesus ajarkan tentang perjanjian baru dengan Allah yaitu bahwa taurat ditaati dengan menanggapi pengorbanan Yesus Kristus diatas kayu salib untuk menebus kita dengan cara mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan segenap kekuatan kita dan dengan mengasihi sesama seperti dirimu sendiri. 

Selanjutnya Yesus berkata bahwa; pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum taurat dan kitab para nabi. Matius 22:36-40. Yohanes 15:12-14.

Dengan kata lain kasih kepada Allah dan sesama adalah tujuan atau maksud dari taurat dan seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus;

"Kasih adalah kegenapan hukum taurat". Roma 13:10.

"Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Galatia 5:14.

Jadi dapat dikatakan bahwa kasih adalah taurat Yesus. Sehingga dalam terang yang baru kasih karunia tidak pernah bertentangan dengan hukum taurat, karena Taurat Yesus adalah bagaimana kita hidup dalam kasih. 

Jadi ketika kita benar-benar mengasihi Allah dan sesama maka pada dasarnya kita telah memenuhi berbagai aturan dan ketetapan-ketetapan seperti yang ditemukan dalam taurat Musa.