Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengucap Syukurlah Dalam Segala Keadaan, Itulah Yang di Kehendaki Allah

Mengucap Syukurlah Dalam Segala Keadaan, adalah hal yang tidak mudah tetapi itulah cara hidup anak-anak Allah yang mengerti kehendak Allah bagi dirinya. Itulah sebabnya Rasul Paulus mendorong setiap orang percaya untuk Mengucap Syukurlah Dalam Segala Keadaan, sebab Itulah Yang di Kehendaki Allah (1Tesalonika 5:18). 

Syukur, mengucap syukur

Mengucap syukur disaat semua berjalan baik itu mungkin lebih mudah tetapi mengucap syukur dalam segala keadaan entah baik atau tidak baik keadaan kita itulah hikmat yang luar biasa. Ketika kita mengucap syukur dalam segala keadaan kita berarti sedang melakukan apa yang menjadi kehendak Allah.

Bagaimana agar kita bisa mengucap syukur dalam segala keadaan?

1. Memiliki komitmen didalam hati untuk Selalu Mengucap Syukur Kepada Allah.

Hal yang paling penting untuk bisa mengucap syukur dalam segala keadaan adalah membangun komitmen didalam hati kita untuk selalu mengucap syukur kepada Allah. Dengan mengucap syukur dalam segala hal berarti kita sedang mengingatkan diri kita akan kebaikan-Nya dan bahwa Dialah raja kita, bahwa Dialah sumber pertolongan kita.

Daud ketika dalam kesusahan yang berat, menghadapi ancaman dari Saul yang adalah Raja Israel yang telah ditolak Allah, ditengah situasi seperti itu ia masih dapat bersyukur lewat Mazmur yang ia tulis;

Mazmur 57:8-11 (TB)

Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa;  sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. 

Ayat-ayat tersebut menunjukkan bagaimana Daud berkomitmen untuk mengucap syukur dalam segala keadaan ia bertekad dan mendorong dirinya sendiri dengan berkata, "hatiku siap" bahkan ia mengulangi kembali perkataan itu "hatiku siap". Artinya Daud memiliki hati yang selau bersedia untuk mengucap syukur dalam segala keadaan. 

Dia juga mengingatkan dan mendorong dirinya sendiri untuk terus dapat menjadi pribadi yang selalu mengucap syukur dalam segala keadaan ketika ia berkata; "bangunlah hai jiwaku" hal itu menunjukkan bahwa ia benar-benar berusaha menjaga hatinya agar tidak bersungut-sungut kepada Allah namun ia berusaha menaruh Allah dipusat jiwanya sehingga ia dapat selau mengucap syukur dalam segala keadaan.

2. Menemukan Alasan untuk Selalu Sadar Bahwa Tuhan itu Baik Apapun Keadaan Kita.

Terkadang kita lebih mudah menemukan sesuatu untuk membuat kita menggerutu dan bersungut ketimbang menemukan hal-hal kecil untuk kita syukuri.

Penulis kitab Ratapan ditengah pergumulan yang berat, sebab sebagai bangsa pilihan mereka harus mengalami pembuangan, Bait suci yang menjadi tempat pertemuan mereka dengan Allah telah dihancurkan oleh musuh. Dalam keadaan demikian mungkinkah Allah masih memperhatikan dan menunjukan kasih-Nya kepada mereka? Namun dalam kebingungannya penulis kitab Ratapan sampai pada suatu kesimpulan;

Ratapan 3:21-25 (TB)  

Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. 

Ketika kita berhenti menemukan sesuatu untuk digerutui atau mengeluh maka pandangan hidup kita akan meningkat setiap kali kita melangkah dalam hidup ini.

Ketika kita mengalami keadaan yang buruk, bahkan mendengar berita tragis tetaplah berkata; Tuhan itu baik, tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru setiap pagi. Hal ini menjadi pengingat bahwa Tuhan baik dan tidak pernah meninggalkan kita.

3. Melihat Segala Sesuatu dari Sudut Pandang Allah.

Apa maksud melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah dan apa kaitannya dengan mengucap syukur dalam segala hal.

Kita tentu ingat kisah Yusuf yang di catat dalam Kejadian 37-50; ia banyak mengalami hal-hal yang pahit dalam hidupnya. Ia dianiaya oleh saudara-saudaranya sendiri sampai dijual kepada orang Kasdim dan difitnah sampai masuk kedalam penjara dan akhirnya ia menjadi orang penting di Mesir. Bagaimana ia memandang semua peristiwa tersebut?

Yusuf ada di Mesir karena ulah saudara-saudaranya tentu kita semua setuju tetapi lain jawaban Yusuf. Ia berkata bahwa Allah yang telah menyuruhnya untuk datang ke Mesir. Kejadian 45:7. Itulah cara pandang Ilahi. Yusuf memiliki cara pandang Ilahi sehingga ia dapat mengucap syukur dalam segala hal.

Yusuf menyimpulkan seluruh perjalanan hidup yang ia alami baik pahit manisnya hidup tidak lepas dari campur tangan Allah.

Kejadian 50:20 (TB) 

 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 

Tidak pernah satu perkarapun di dunia ini yang terjadi diluar kehendak-Nya, Yusuf sangat paham akan hal ini. 

Rasul Paulus juga mengatakan hal yang sama kepada setiap orang percaya bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah". Roma 8:28.

Dengan selalu memiliki cara pandang Ilahi ini maka kita sadar bahwa ada campur tangan dan keterlibatan Allah dalam segala hal yang terjadi dalam hidup kita, sehingga kita bisa untuk selalu mengucap syukur dalam segala keadaan, sebab itulah Kehendak Allah bagi setiap orang yang percaya.