Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengharapan ditengah penderitaan

 Penderitaan adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindarkan. Penderitaan bukan hanya dialami oleh orang-orang yang berada digaris kemiskinan. Orang yang memiliki banyak hartapun memiliki penderitaannya sendiri.

 Setiap orang memiliki penderitaannya masing-masing. Penderitaan tidak mengenal dan memilih status sosial tertentu. Terlebih ditengah pandemi global Covid19 hari ini kita semua merasakan berbagai keadaan yang tidak mudah.

Sebagai orang percaya penderitaan bukanlah sesuatu yang luar biasa. Rasul Paulus memandang penderitaan zaman ini adalah penderitaan yang ringan (2Kor  4:17a).

Apakah karena Rasul Paulus tidak pernah mengalami masalah yang berat, sehingga ia mengatakan demikian. Tentu tidak, ia pun mengalami berbagai keadaan yang berat yang mungkin kita takkan mampu jika harus menanggungnya. Baca, (2Kor 6:4-5; 2Kor 11:23-28).
Dalam berbagai penderitaan yang dialaminya sebagai pelayan Injil Kristus, Rasul Paulus juga pernah merasakan putus asa namun ia tidak terpuruk dalam keputusasaan (2Kor 1:8-9).

Justru Rasul Paulus menemukan pengharapan ditengah keputusasaan itu. Ia juga menemukan kekuatan dibalik kelemahannya.

Bagaimana menemukan pengharapan ditengah penderitaan?

1.Percayalah pada kesetiaan Allah akan janji-Nya.

Apa maksud pernyataan diatas? Salah satu karakter Allah adalah setia. Kesetiaan Allah selalu dinyanyikan oleh umat Allah yang setia. Kesetiaan Allah tegak seperti langit. Karena Allah setia berarti Dia pasti dapat dipercayai.

TB Mzm 89:2-3: "Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit." 

Kesetiaan Allah terbukti dari generasi ke generasi, walaupun tidak selalu mudah memahami jalan-jalan-Nya.

Penulis kitab Ratapan menyampaikan ungkapan kepedihannya atas kehancuran Yerusalem (Baca, Rat 1-.5).

Orang Yehuda diangkut ke pembuangan di Babel, tanah mereka ditinggalkan dan mereka menjadi orang buangan di negeri asing.

Bertahun-tahun kemudian setelah tujuh puluh tahun berlalu Allah mengizinkan mereka kembali ketanah pusakanya (2Taw 36:22-23; Ezr 1:1-11).

Hal itu membuktikan kesetiaan Allah pada janji-Nya. Allah berjanji akan memberikan tanah itu kepada Abraham dan keturunannya. 

Dengan kembalinya orang-orang Yehuda dari pembuangan membuktikan bahwa Allah tidak lalai dengan janji-Nya.

Janji-janji Allah dalam Firman-Nya dapat dibaca dalam; (Yes 41:10; Yer 29:11; Ul 30:2-3; Ibr 13:5) silahkan saudara menambahkan sendiri dari Alkitab.

2.Ketahuilah bahwa Allah punya caranya sendiri untuk menolong kita.

Membaca kisah perjalanan Yusuf; bagaimana ia dibenci saudara-saudaranya, dimasukan ke dalam sumur dijual sebagai budak di Mesir sampai akhirnya dia menjadi pembesar di sana.

Lewat semua rangkaian panjang penderitaan yang dialami Yusuf kita tahu akhirnya dari kisah itu, bahwa Allah memakai penderitaan Yusuf untuk memelihara kelangsungan hidup keluarganya yang adalah cikal bakal dari bangsa Israel (Kej 37-45:5-7). Itulah caranya Tuhan sendiri.

Ketika Firaun menyuruh membunuh semua bayi laki-laki orang Ibrani ada seorang keluarga yang membuang bayinya dalam sebuah keranjang ke sungai Nil.

Bayi itu ditemukan oleh Puteri Firaun dan akhirnya diangkat menjadi anaknya. Bayi itu adalah Musa pemimpin yang membawa bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Kel 2-14). Itulah caranya Tuhan menolong bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

3.Penderitaan itu bersifat sementara dan pasti akan berakhir.

Melalui kitab Ayub kita tahu bahwa pada akhirnya penderitaan Ayub berakhir. Keadaannya yang suram dipulihkan kembali oleh Tuhan (Ayb 42:10).

Didalam kitab Pengkhotbah dikatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya, segala sesuatu ada masanya (Pkh 3:1-11). 

Semua hal-hal yang terjadi didalam dunia ini, berjalan dan terus bergulir sesuai dengan ketetapan dan pengaturan Allah dan semuanya akan mencapai titik klimaksnya masing-masing.


Kalau hari ini kita menderita berarti waktunya pasti datang dimana kita pasti tertawa.

Selain penderitaan itu sementara Alkitab juga berkata bahwa penderitaan itu mengerjakan dan menghasilkan kemuliaan kekal (2Kor 4:17). Itulah berkat dibalik penderitaan.

Jadi apakah kita harus terpuruk ditengah penderitaan kita? 

Bukankah kita tahu sekarang bahwa Allah yang setia yang membuktikan janji-janji Nya kepada angkatan-angkatan terdahulu dari umat Allah, Dia juga akan menggenapkannya bagi kita yang percaya dan berharap kepada-Nya?

Tuhan pasti menolong kita, sebab Ia punya banyak cara untuk menolong anak-anak Nya. 

Janganlah takut dan bimbang pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak akan melampaui kekuatan kita dan Tuhan pasti memberikan jalan keluar,

TB 1Kor 10:13: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." 

Penderitaan kita mungkin berat tapi Allah tidak akan membiarkan kita. Pada waktu nya semua pasti akan berakhir, percayalah!

Kiranya Roh Kudus menguatkan dan menolong kita.